Di SMA Harapan Satu,
saat bel istirahat berbunyi.
“Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiing!”
Geng Lee, Geng Lee adalah Geng terkenal yang
beranggotakan tiga cewek cantik, kaya, dan suka menyombongkan diri dengan
barang-barang baru yang mereka beli. Cewek-cewek itu bernama Zahwa, Meilia, dan
Ranita sebagai Ketua Gengnya.
Meilia : “Eh, kalian tau nggak. Kemarin kan aku
cerita ke kalian kalau aku pengen Laptop baru. Nah, belum sempet aku bilang ke
orang tuaku, mereka sudah beli lapotop buat aku. Bagus kan?!”
Ranita :
“Gitu aja bagus? Bagus dari mana? Nih, aku baru saja tadi dibelikan orang tuaku
Blackberry!”
Meilia : “Blackberry yang apa?”
Ranita : “Blackberry Gemini sama Blackberry Torch”
Meilia :
“Yelah gitu doang bangga, mending juga laptopku!”
Zahwa :
“Sudah-sudah, di banding kalian, lebih bagus punyaku. I-Pad keluaran terbaru.
Lihat, tinggal sentuh doang semua langsung beres!”
Saat
Geng Lee sedang asyik-asyik memainkan Gadget mereka, tiba-tiba Almas lewat dan
melirik sinis melihat sikap Geng Lee yang sombong dengan benda-benda yang
mereka miliki.
Almas :
“Ya Allah, mereka ini cantik-cantik tapi kok sombong banget sih?!”
Melihat
sikap Geng Lee yang semakin menjadi-jadi, Almas merasa semakin terusik dan
memilih untuk berlalu.
Meilia :
“Eh, gimana kalau kita makan ke kantin aja? Aku laper nih?!”
Zahwa :
“Ayo!”
Lalu,
Geng Lee berjalan bersama menuju kantin sekolah. Saat mereka bercanda bersama,
tiba-tiba mereka bertemu dengan Pak Estu, guru Kimia mereka dan sekaligus
Kepala Sekolah Harapan Satu.
Zahwa :
“Assalamualaikum, Pak Estu!”
Pak Estu: “Waalaikummussalam”
Mereka
bertigapun memberi salam kepada Pak Estu secara bergantian.
Pak Estu : “Oh iya Zahwa, apakah kamu bisa menolong
bapak?”
Zahwa :
“Minta tolong apa pak?”
Pak Estu : “Tolong panggilkan Almas. Suruh dia untuk
segera menuju ruangan saya!”
Zahwa :
“Baik, Pak!”
Zahwa
berlalu dan pergi mencari Almas untuk menyampaikan pesan dari Pak Estu. Dengan
senang hati Zahwa melakukan itu dan berhasil bertemu dengan Almas.
Zahwa :
“Almas!”
Almas : “Oh,
Zahwa. Iya, ada apa?” (tanya Almas dengan Lembut)
Zahwa :
“Begini, aku tadi bertemu dengan Pak Estu. Kata beliau kamu di suruh menuju
ruangannya sekarang juga”
Almas : “Oh
begitu? Baiklah, sekarang aku akan kesana. Terima kasih ya, Zahwa!
Zahwa : “Iya
Almas, sama-sama”
Setelah
mendengar pesan dari Zahwa, dengan penasaran Almas datang ke ruangan Pak Estu
dan memulai degan yakin untuk melangkah memasuki ruangan beliau.
Almas :
“Assalamualaikum, Pak Estu?!”
Pak Estu : “Waalaikummussalam”
Almas : “Apa
benar bapak tadi memanggil saya?”
Pak Estu : “Iya benar!”
Almas : “Ada
perlu apa ya Pak. Apa saya pernah berbuat salah?”
Pak Estu : “Iya, kamu kapan akan membayar tunggakan
SPPmu selama satu tahun ini?”
Almas :
“Masalah itu saya kurang tau Pak. Karena Orang tua saya juga gajinya pas-pasan.
Jadi untuk melunasi uang SPP selama satu tahun saya rasa saya tidak bisa
menjanjikan itu, Pak!”
Pak Estu : “Saya sudah cukup sabar memberi kamu
peluang untuk menunggak bayaran SPP selama satu taun. Satu bulan itu kamu harus
membayar Rp. 1 juta. Sedangkan kamu sudah nunggak selama satu tahun. Jadi,
hutangmu Rp. 12 juta. Saya nggak mau tau kamu harus bayar uang SPP itu dengan
segera!”
Almas : “Iya pak. Saya akan berusaha agar uang SPP
itu bisa terlunasi. Mungkin saya akan bekerja paruh waktu atau bagaimanapun
saya akan melunasinya, Pak!”
Pak Estu : “Baiklah, sekarang kamu bisa kembali ke
kelas!”
Setelah
keluar dari ruangan Pak Estu, wajah Almas sudah tidak tampan lagi. Dia murung
seperti orang banyak masalah yang sedang ia alami.
Keesokan harinya.
Saat
anak-anak kelas XI IPA Enam sedang menikmati Jam kosong. Tiba-tiba Pak Estu
datang dan lagi-lagi mencari Almas dan menyuruhnya untuk kembali datang ke
ruangannya.
Pak Estu : “Permisi!” (dengan nada ketus)
Meilia :
“Bapak siapa ya?”
Ranita :
“Eh, itu Pak Estu, Mei!”
Meilia :
“Oh, Pak Estu. Maaf, saya agak-agak lupa, Pak!”
Pak Estu : “Sekarang jam pelajaran apa ini? Kok
banyak yang mainan gadget sendiri!”
Zahwa : “Jam
kosong Pak. Gurunya nggak ada!”
Pak Estu : “Sini, I-pad nya saya sita ya?!”
Zahwa :
“Jangan pak! Ini barang mahal!”
Meilia : “Memangnya Pak Estu datang kemari ada perlu
apa?”
Pak Estu : “Saya mencari Almas!”
Ranita :
“Nah itu kan Almas!” (sambil menunjuk ke arah Almas yang sedang asyik membaca
buku)
Pak Estu : “Almas! Kamu segera ikut saya ke ruangan.
Segera ya!”
Almas : “Baik pak!”
Saat di Ruangan Pak Estu
Pak Estu : “Bagaimana? Apa kamu sudah bisa
menbayarnya?”
Almas :
“Saya sudah berusaha pak. Tapi uang saya masih saja belum cukup”
Pak Estu : “Pokoknya saya nggak mau tau. Kamu harus
bayar Uang SPP itu dengan segera”
Almas :
“Untuk waktu sepat ini saya masih belum bisa, Pak!”
Pak Estu : ”Kalau begitu. Dengan terpaksa saya harus
mengskors kamu selama satu minggu. Gunakan waktu itu sebaik mungkin!”
Almas :
“Tapi pak?! Apakah tidak ada jalan keluar lain?”
Pak Estu : “ ya keluar saja dari sekolah ini!”
Almas : “Ya jangan begitu juga pak. Baiklah, bila
sudah tidak ada jalan lain. Maka saya terima skorsing dari bapak selama satu
minggu. Saya akan berusaha untuk mendapatkan uang membayar SPP itu.
Pak Estu : “Baguslah!”
Setelah
keluar dari ruangan Pak Estu, untuk kedua kalinya wajah Almas semakin murung
dan semakin tidak tampan lagi.
Keesokan harinya Almas
tidak masuk sekolah karena skorsing dari Pak Estu. Melihat Almas sering tidak
masuk beberapa hari ini, salah satu anggota dari Geng Lee merasa khawatir dan
takut akan terjadi hal-hala tidak di inginkan terjadi pada Almas.
Zahwa :
“guys, Almas kemana ya? Kok dua hari ini nggak masuk?” (dengan wajah murung)
Ranita :
“kenapa kamu mencari Almas? Kamu khawatir dengannya?”
Zahwa : “ Iya
nih, dia nggak masuk rasanya ada yang kurang. Ada yang hilang, tapi entah itu
apa?
Meilia : “Khawatir,
peduli, dan perhatian sih boleh. Tapi jangan pada orang yang salah dong!”
Ranita :
“Apa kamu menyimpan perasaan pada Almas?”
Zahwa :
“Mungkin, karena sungguh. Nggak ada dia rasanya aku kehilangan semangat!”
Meilia “Haduh
Zahwa, kamu tau sendiri kan? Dia itu benci sama kita. Dia nggak suka lihat kita
kaya. Dia dengki sekali dengan Geng Lee. Kenapa harus kamu mengkhawatirkan
dia?”
Ranita :
“Iya Zahwa. Kenapa?”
Zahwa :
“Entahlah. Semakin aku pungkiri. Rasa ini semakin jelas meuncul dan membuatku
semakin khawatir dengan keadaan Almas”
Meilia :
“Akhir-Akhir ini kan dia selalu punya urusan dengan Pka Estu, mungkin kamu bisa
tanya ke Beliau. Selama ini Almas ada dimana?”
Zahwa : “Iya.
Aku akan segera bertanya!”
Meilia ;
“Berhubung ini masalah bersambungan dengan Almas, mending kamu cari infonya
sendirian aja yaa?”
Zahwa :
“Kenapa?”
Ranita :
“Kita mah ogah. Lihat Almas saja sudah males!”
Zahwa :
“Baiklah, aku akan pergi sendiri saja!”
Akhirnya
Zahwa mencari informasi tentang Almas dan mencoba bertanya kepada Pak Estu.
Zahwa : “Assalamualaikum, Pak Estu?!”
Pak Estu : “Waalaikummussalam. Ada perlu apa,
Zahwa?”
Zahwa :
“Begini pak. Saya mau bertanya. Selama ini Almas kemana ya? Kok tidak masuk
sekolah?”
Pak Estu : “Oh, dia saya skors selama satu minggu.
Memangnya kenapa?”
Zahwa :
“Mengapa bapak skors Almas. Bukannya dia anak yang rajin?”
Pak Estu : “Dia memang rajin. Tapi dia tidak rajin
dalam membayar SPP. Sudah satu tahun dia menuggak biaya sekolahnya. Jadi saya
terpaksa skors dia selama satu minggu”
Zahwa :
“Kenapa harus di skors pak? Kan bapak bisa beri dia keringanan walaupun
sedikit?!”
Pak Estu: “Lho?! Itu urusan saya sebagai kepala
sekolah. Mengapa kamu jadi ikut-ikut?”
Zahwa : “Iya
pak, maaf. Kalau boleh tau, berapa biaya semuanya pak?”
Pak Estu : “Rp. 12 juta. Memangnya kenapa?”
Zahwa :
“Bagaimana kalau saya bayar tunggakan SPP Almas pak?!”
Pak Estu : “dengan uang apa kamu bisa bayar itu
semua?”
Zahwa : “ ini
pak! Dengan I-Pad saya. Ini harganya hampir 12 juta. Bahkan bisa lebih!”
Pak Estu : “Coba saya lihat!”
Zahwa : “Bagaimana pak? Bisa kan?”
Pak Estu : “Baiklah. Ini saya terima sebagai pelunas
uang SPP Almas”
Zahwa : “Jadi
besok Almas sudah bisa masuk sekolah kan Pak?”
Pak Estu : “Bisa, kalau dia mau!”
Zahwa : Tapi bapak harus janji untuk tidak memberi
tau Almas bila yang melunasi uang SPPnya adala saya. Saya mohon pa?!”
Pak Estu : “Baiklah! Itu bisa saya atur!”
Zahwa : “Terima
kasih pak. Saya kembali ke kelas dulu. Sekali lagi terma kasih banyak!”
Saat
Zahwa kembali ke kelasnya
Zahwa : “Guys! Almas besok sudah bisa masuk lagi!”
Meilia : “Kok kamu girang banget?”
Zahwa : “ya ya dong! Kan bisa bertemu Almas lagi!”
Ranita : “I-Pad barumu mana?”
Meilia : “Iya Zahwa! I-Pad mu mana?”
Zahwa : “Jadi gini, selama ini Almas nggak masuk
sekolah itu karena di skors sama Pak Estu. Gara-gara belum baya SPP selama satu
tahun. Dan I-Pad tadi aku pake buat baya uang SPP Almas. Setidaknya biar Almas
bisa masuk lagi. Dan aku nggak khawatir!”
Meilia : “
Haduh Zahwa. Kamu terlalu baik. Kamu tau sendiri kan kalau Almas benci dengan
Geng Lee. Aku sudah bilang itu berkali-kali. Dia jahat sama kita. Kenapa kamu
malah baik-baikin dia sih!”
Zahwa : “Apa salahnya sih aku bantu teman kita yang
lagi membutuhkan? Toh Almas juga butuh sekolah seperti kita!”
Ranita : “Entahlah, aku nggak paham sama jalan
pikiranmu, Zahwa!”
Keesokan
harinya, Pak Estu datang menuju rumah Almas.
Pak Estu : “Permisi!”
Almas :
“Iya, silakan. Lho Pak Estu?! Ada apa Pak?” (terkejut)
Pak Estu : “Mulai besok kamu sudah boleh masuk
sekolah!”
Almas :
“Lho? Bukannya masih kurang lima hari lagi ya Pak?”
Pak Estu : “Sudah jangan banyak tanya! Intinya kamu
besok sudah harus bersekolah!”
Almas : “Baiklah pak. Saya akan masuk sekolah mulai
besok. Terima kasih pak?! (menciumi tangan Pak Estu)
Hari ini Almas sudah
mulai menjalani aktivitasnya dan kembali sekolah seperti biasa. Almas masih
belum tahu. Bila yang menebus semua tunggakan uang SPPnya adala Zahwa. Dan
Almas masih saja benci dan dengki melihat Geng Lee yang berkuasa karena
kekayaan mereka.
10 TAHUN KEMUDIAN ....
Meilia : “Pak bakso yang pedas satu yaa!”
Ranita : “Aku juga pak!”
Saat Ranita dan Meilia
makan Bakso di salah satu warung langganan mereka sejak SMA. Mereka bertemu
dengan Almas secara tidak sengaja.
Meilia : “Ran, bukannya itu Almas yang dulu itu?!”
Ranita : “Iya, kita panggil saja dia!”
Meilia : “Almas!”
Almas : “Iya! Pak saya juga bakso satu ya?” (Almas
memesan bakso juga)
Meilia : “Kamu masih ingat kita kan Almas?”
Almas : “Inget kok! Geng Lee kan?”
Ranita : “Iya betul!”
Meilia : “Sudah sepuluh tahun lamanya kita nggak
ketemu. Gimana kamu, apa kabar?”
Almas : “Kabar baik! Bagaimana dengan kalian?”
Ranita : “Kita juga baik-baik aja?!”
Meilia : “Gimana? Sekarang kamu sudah kerja apa?”
Almas : “Alhamdulillah aku sudah kerja!”
Meilia : kamu ini ya? Masih tetep saja kaya dulu.
Miskin kok ya songong!”
Almas : Sekarang aku sudah nggak miskin. Sekarang
aku sudah punya usaha sendiri!”
Ranita : “Usaha apa?”
Almas : “Aku buka warung bakso!”
Meilia : “Oh, jadi tukang bakso?!”
Almas : “Iya. Tapi bakso aku sudah cabang
kemana-mana!”
Ranita : “lantas? Untuk apa kamu makan bakso
disini?!”
Almas : “sebagai pembanding saja. Ternyata bakso aku
tetep yang paling enak!”
Meilia : “Sombong sekali kamu! Kamu masih ingat
zahwa kan?”
Almas : “Masih lah! Zahwa Geng Lee itu kan? Kenapa
dia?”
Meilia : “Dulu kamu pernah nunggak uang SPP selama
satu tahun kan?”
Almas : “Iya, kalian tau dari mana?”
Meilia : “Zahwa yang selama ini mencari info tentang
kamu. Dia khawatir melihta kamu nggak masuk sekolah beberapa hari”
Ranita : “Asal tau aja kamu, Al. Yang bayar uang 12
juta itu Zahwa. Dia merelakan I-Padnya terjual untuk melunasi tunggakan SPPmu”
Almas : “Apa?! Zahwa yang bayar SPP ku?!” (terkejut)
Meilia : “Iya Almas. Sebenarnya selama ini Zahwa
menyimpan perasaan ke kamu. Maka dari itu dia sampai rela jual I-Padnya buat
kamu yang sampai detik inipun kamu masih membenci Geng Lee!”
Almas : “Sungguh? Benar Zahwa yang membayar uang
itu?!”
Ranita : “Iya Almas! Kamu tidak percaya?”
Meilia : “Begini saja, kan sekarang kamu sudah tahu,
siapa sebenarnya Zahwa. Sekarang kamu mau biarkan dia pergi dan kamu lupakan
atau kamu kejar dia dan bilang sesuatu untuk perbuatan baiknya selama ini?”
Almas : “Ya pasti aku akan cari Zahwa dan
mengucapkan terima kasih. Berkat jasanya aku bisa seperti sekarang. Kalau boleh
tau alamat zahwa dimana?”
Meilia : “Gang kelinci. RT 05 RW 03”
Akhirnya
Almas pergi dan berusaha mencari Zahwa dan mengucapkan terima kasih atas
kebaikan Zahwa selama ini tidak disadari Almas.
Almas : “Assalamualaikum!”
Zahwa : “Waalaikummussalam”
Almas : “Ini benar rumahnya Zahwa?”
Zahwa : “Iya benar. Saya sendiri!”
Almas : “Zahwa, ini aku Almas. Teman sewaktu SMA”
Zahwa : “apa benar kamu kamu Almas?”
Almas : “Iya aku Almas. Aku datang kemari ingin
mengucap banyak terima kasih atas kebaikan kamu Zahwa!”
Zahwa : “Terima kasih untuk apa?” (Tanya Zahwa
membangkitkan masa lalu)
Almas : “Kamu rela menjual I-Padmu untuk melunasi
uang SPPku yang dulu. Sekarang aku sudah sukses Zahwa. Sekarang aku sudah kaya
seperti kamu dan Geng Lee. Jadi aku mengucapkan banyak terima kasih sama kamu.
Kamu baik sekali
Zahwa : Iya, Almas. Aku ikhlas melakukan itu semua.
Sama-sama J
Akhirnya
Almas melanjutkan hubungan dengan Zahwa entah dengan status apa? Yang jelas. Zahwa bersama Geng
Lee sudah berbaikan dengan Almas dan hidup mereka bahagia selamanya J
Unsur Instriksik
- Tema :
Kisah Cinta
- Judul :
Kisah Kasih dari Sekolah
- Watak Tokoh
:
- Zahwa : Pribadi yang sombong namun
mempunyai rasa sosial yang tinggi dan peduli terhadap sesama.
- Almas : Pribadi yang baik, bijak
dan sangat sopan dalam berbicara dan bersikap.
- Meilia : Pribadi yang sombong.
Sering egois, dan bicara seenaknya sendiri.
- Ranita : Pribadi yang sombong dan
suka pamrih
- Ganggas : Bersahajah dengan usahanya J
- Pesan Moral
: Jangan mudah menggambil kesimpulan akan sikap seseorang dan jangan
pernah merasa benar saat melihat seseorang berbuat salah. Karena kesalahan
adalah hal yang wajar dan bisa dirubah menjadi kebaikan untuk sesamanya J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar