Sabtu, 17 November 2012

Kisah Kasih dari Sekolah


Di SMA Harapan Satu, saat bel istirahat berbunyi.
“Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiing!”
 Geng Lee, Geng Lee adalah Geng terkenal yang beranggotakan tiga cewek cantik, kaya, dan suka menyombongkan diri dengan barang-barang baru yang mereka beli. Cewek-cewek itu bernama Zahwa, Meilia, dan Ranita sebagai Ketua Gengnya.
Meilia : “Eh, kalian tau nggak. Kemarin kan aku cerita ke kalian kalau aku pengen Laptop baru. Nah, belum sempet aku bilang ke orang tuaku, mereka sudah beli lapotop buat aku. Bagus kan?!”
Ranita    : “Gitu aja bagus? Bagus dari mana? Nih, aku baru saja tadi dibelikan orang tuaku Blackberry!”
Meilia     : “Blackberry yang apa?”
Ranita    : “Blackberry Gemini sama Blackberry Torch”
Meilia     : “Yelah gitu doang bangga, mending juga laptopku!”
Zahwa   : “Sudah-sudah, di banding kalian, lebih bagus punyaku. I-Pad keluaran terbaru. Lihat, tinggal sentuh doang semua langsung beres!”
                Saat Geng Lee sedang asyik-asyik memainkan Gadget mereka, tiba-tiba Almas lewat dan melirik sinis melihat sikap Geng Lee yang sombong dengan benda-benda yang mereka miliki.
Almas                                    : “Ya Allah, mereka ini cantik-cantik tapi kok sombong banget sih?!”
                Melihat sikap Geng Lee yang semakin menjadi-jadi, Almas merasa semakin terusik dan memilih untuk berlalu.
Meilia     : “Eh, gimana kalau kita makan ke kantin aja? Aku laper nih?!”
Zahwa   : “Ayo!”
                Lalu, Geng Lee berjalan bersama menuju kantin sekolah. Saat mereka bercanda bersama, tiba-tiba mereka bertemu dengan Pak Estu, guru Kimia mereka dan sekaligus Kepala Sekolah Harapan Satu.
Zahwa   : “Assalamualaikum, Pak Estu!”
Pak Estu: “Waalaikummussalam”
                Mereka bertigapun memberi salam kepada Pak Estu secara bergantian.
Pak Estu : “Oh iya Zahwa, apakah kamu bisa menolong bapak?”
Zahwa   : “Minta tolong apa pak?”
Pak Estu : “Tolong panggilkan Almas. Suruh dia untuk segera menuju ruangan saya!”
Zahwa   : “Baik, Pak!”
                Zahwa berlalu dan pergi mencari Almas untuk menyampaikan pesan dari Pak Estu. Dengan senang hati Zahwa melakukan itu dan berhasil bertemu dengan Almas.
Zahwa   : “Almas!”
Almas    : “Oh, Zahwa. Iya, ada apa?” (tanya Almas dengan Lembut)
Zahwa   : “Begini, aku tadi bertemu dengan Pak Estu. Kata beliau kamu di suruh menuju ruangannya sekarang juga”
Almas    : “Oh begitu? Baiklah, sekarang aku akan kesana. Terima kasih ya, Zahwa!
Zahwa   : “Iya Almas, sama-sama”
                Setelah mendengar pesan dari Zahwa, dengan penasaran Almas datang ke ruangan Pak Estu dan memulai degan yakin untuk melangkah memasuki ruangan beliau.
Almas    : “Assalamualaikum, Pak Estu?!”
Pak Estu : “Waalaikummussalam”
Almas    : “Apa benar bapak tadi memanggil saya?”
Pak Estu : “Iya benar!”
Almas    : “Ada perlu apa ya Pak. Apa saya pernah berbuat salah?”
Pak Estu : “Iya, kamu kapan akan membayar tunggakan SPPmu selama satu tahun ini?”
Almas    : “Masalah itu saya kurang tau Pak. Karena Orang tua saya juga gajinya pas-pasan. Jadi untuk melunasi uang SPP selama satu tahun saya rasa saya tidak bisa menjanjikan itu, Pak!”
Pak Estu : “Saya sudah cukup sabar memberi kamu peluang untuk menunggak bayaran SPP selama satu taun. Satu bulan itu kamu harus membayar Rp. 1 juta. Sedangkan kamu sudah nunggak selama satu tahun. Jadi, hutangmu Rp. 12 juta. Saya nggak mau tau kamu harus bayar uang SPP itu dengan segera!”
Almas : “Iya pak. Saya akan berusaha agar uang SPP itu bisa terlunasi. Mungkin saya akan bekerja paruh waktu atau bagaimanapun saya akan melunasinya, Pak!”
Pak Estu : “Baiklah, sekarang kamu bisa kembali ke kelas!”
                Setelah keluar dari ruangan Pak Estu, wajah Almas sudah tidak tampan lagi. Dia murung seperti orang banyak masalah yang sedang ia alami.
Keesokan harinya.
                Saat anak-anak kelas XI IPA Enam sedang menikmati Jam kosong. Tiba-tiba Pak Estu datang dan lagi-lagi mencari Almas dan menyuruhnya untuk kembali datang ke ruangannya.
Pak Estu : “Permisi!” (dengan nada ketus)
Meilia     : “Bapak siapa ya?”
Ranita    : “Eh, itu Pak Estu, Mei!”
Meilia     : “Oh, Pak Estu. Maaf, saya agak-agak lupa, Pak!”
Pak Estu : “Sekarang jam pelajaran apa ini? Kok banyak yang mainan gadget sendiri!”
Zahwa   : “Jam kosong Pak. Gurunya nggak ada!”
Pak Estu : “Sini, I-pad nya saya sita ya?!”
Zahwa   : “Jangan pak! Ini barang mahal!”
Meilia : “Memangnya Pak Estu datang kemari ada perlu apa?”
Pak Estu : “Saya mencari Almas!”
Ranita    : “Nah itu kan Almas!” (sambil menunjuk ke arah Almas yang sedang asyik membaca buku)
Pak Estu : “Almas! Kamu segera ikut saya ke ruangan. Segera ya!”
Almas : “Baik pak!”
Saat di Ruangan Pak Estu
Pak Estu : “Bagaimana? Apa kamu sudah bisa menbayarnya?”
Almas    : “Saya sudah berusaha pak. Tapi uang saya masih saja belum cukup”
Pak Estu : “Pokoknya saya nggak mau tau. Kamu harus bayar Uang SPP itu dengan segera”
Almas    : “Untuk waktu sepat ini saya masih belum bisa, Pak!”
Pak Estu : ”Kalau begitu. Dengan terpaksa saya harus mengskors kamu selama satu minggu. Gunakan waktu itu sebaik mungkin!”
Almas    : “Tapi pak?! Apakah tidak ada jalan keluar lain?”
Pak Estu : “ ya keluar saja dari sekolah ini!”
Almas : “Ya jangan begitu juga pak. Baiklah, bila sudah tidak ada jalan lain. Maka saya terima skorsing dari bapak selama satu minggu. Saya akan berusaha untuk mendapatkan uang membayar SPP itu.
Pak Estu : “Baguslah!”
                Setelah keluar dari ruangan Pak Estu, untuk kedua kalinya wajah Almas semakin murung dan semakin tidak tampan lagi.
Keesokan harinya Almas tidak masuk sekolah karena skorsing dari Pak Estu. Melihat Almas sering tidak masuk beberapa hari ini, salah satu anggota dari Geng Lee merasa khawatir dan takut akan terjadi hal-hala tidak di inginkan terjadi pada Almas.
Zahwa   : “guys, Almas kemana ya? Kok dua hari ini nggak masuk?” (dengan wajah murung)
Ranita    : “kenapa kamu mencari Almas? Kamu khawatir dengannya?”
Zahwa   : “ Iya nih, dia nggak masuk rasanya ada yang kurang. Ada yang hilang, tapi entah itu apa?
Meilia     : “Khawatir, peduli, dan perhatian sih boleh. Tapi jangan pada orang yang salah dong!”
Ranita    : “Apa kamu menyimpan perasaan pada Almas?”
Zahwa   : “Mungkin, karena sungguh. Nggak ada dia rasanya aku kehilangan semangat!”
Meilia     “Haduh Zahwa, kamu tau sendiri kan? Dia itu benci sama kita. Dia nggak suka lihat kita kaya. Dia dengki sekali dengan Geng Lee. Kenapa harus kamu mengkhawatirkan dia?”
Ranita    : “Iya Zahwa. Kenapa?”
Zahwa   : “Entahlah. Semakin aku pungkiri. Rasa ini semakin jelas meuncul dan membuatku semakin khawatir dengan keadaan Almas”
Meilia     : “Akhir-Akhir ini kan dia selalu punya urusan dengan Pka Estu, mungkin kamu bisa tanya ke Beliau. Selama ini Almas ada dimana?”
Zahwa   : “Iya. Aku akan segera bertanya!”
Meilia     ; “Berhubung ini masalah bersambungan dengan Almas, mending kamu cari infonya sendirian aja yaa?”
Zahwa   : “Kenapa?”
Ranita    : “Kita mah ogah. Lihat Almas saja sudah males!”
Zahwa   : “Baiklah, aku akan pergi sendiri saja!”
                Akhirnya Zahwa mencari informasi tentang Almas dan mencoba bertanya kepada Pak Estu.
Zahwa   :  “Assalamualaikum, Pak Estu?!”
Pak Estu : “Waalaikummussalam. Ada perlu apa, Zahwa?”
Zahwa   : “Begini pak. Saya mau bertanya. Selama ini Almas kemana ya? Kok tidak masuk sekolah?”
Pak Estu : “Oh, dia saya skors selama satu minggu. Memangnya kenapa?”
Zahwa   : “Mengapa bapak skors Almas. Bukannya dia anak yang rajin?”
Pak Estu : “Dia memang rajin. Tapi dia tidak rajin dalam membayar SPP. Sudah satu tahun dia menuggak biaya sekolahnya. Jadi saya terpaksa skors dia selama satu minggu”
Zahwa   : “Kenapa harus di skors pak? Kan bapak bisa beri dia keringanan walaupun sedikit?!”
Pak Estu: “Lho?! Itu urusan saya sebagai kepala sekolah. Mengapa kamu jadi ikut-ikut?”
Zahwa   : “Iya pak, maaf. Kalau boleh tau, berapa biaya semuanya pak?”
Pak Estu : “Rp. 12 juta. Memangnya kenapa?”
Zahwa   : “Bagaimana kalau saya bayar tunggakan SPP Almas pak?!”
Pak Estu : “dengan uang apa kamu bisa bayar itu semua?”
Zahwa   : “ ini pak! Dengan I-Pad saya. Ini harganya hampir 12 juta. Bahkan bisa lebih!”
Pak Estu : “Coba saya lihat!”
Zahwa : “Bagaimana pak? Bisa kan?”
Pak Estu : “Baiklah. Ini saya terima sebagai pelunas uang SPP Almas”
Zahwa   : “Jadi besok Almas sudah bisa masuk sekolah kan Pak?”
Pak Estu : “Bisa, kalau dia mau!”
Zahwa : Tapi bapak harus janji untuk tidak memberi tau Almas bila yang melunasi uang SPPnya adala saya. Saya mohon pa?!”
Pak Estu : “Baiklah! Itu bisa saya atur!”
Zahwa   : “Terima kasih pak. Saya kembali ke kelas dulu. Sekali lagi terma kasih banyak!”
                Saat Zahwa kembali ke kelasnya
Zahwa : “Guys! Almas besok sudah bisa masuk lagi!”
Meilia : “Kok kamu girang banget?”
Zahwa : “ya ya dong! Kan bisa bertemu Almas lagi!”
Ranita : “I-Pad barumu mana?”
Meilia : “Iya Zahwa! I-Pad mu mana?”
Zahwa : “Jadi gini, selama ini Almas nggak masuk sekolah itu karena di skors sama Pak Estu. Gara-gara belum baya SPP selama satu tahun. Dan I-Pad tadi aku pake buat baya uang SPP Almas. Setidaknya biar Almas bisa masuk lagi. Dan aku nggak khawatir!”
Meilia     : “ Haduh Zahwa. Kamu terlalu baik. Kamu tau sendiri kan kalau Almas benci dengan Geng Lee. Aku sudah bilang itu berkali-kali. Dia jahat sama kita. Kenapa kamu malah baik-baikin dia sih!”
Zahwa : “Apa salahnya sih aku bantu teman kita yang lagi membutuhkan? Toh Almas juga butuh sekolah seperti kita!”
Ranita : “Entahlah, aku nggak paham sama jalan pikiranmu, Zahwa!”
                Keesokan harinya, Pak Estu datang menuju rumah Almas.
Pak Estu : “Permisi!”
Almas    : “Iya, silakan. Lho Pak Estu?! Ada apa Pak?” (terkejut)
Pak Estu : “Mulai besok kamu sudah boleh masuk sekolah!”
Almas    : “Lho? Bukannya masih kurang lima hari lagi ya Pak?”
Pak Estu : “Sudah jangan banyak tanya! Intinya kamu besok sudah harus bersekolah!”
Almas : “Baiklah pak. Saya akan masuk sekolah mulai besok. Terima kasih pak?! (menciumi tangan Pak Estu)
Hari ini Almas sudah mulai menjalani aktivitasnya dan kembali sekolah seperti biasa. Almas masih belum tahu. Bila yang menebus semua tunggakan uang SPPnya adala Zahwa. Dan Almas masih saja benci dan dengki melihat Geng Lee yang berkuasa karena kekayaan mereka.
10 TAHUN KEMUDIAN ....
Meilia : “Pak bakso yang pedas satu yaa!”
Ranita : “Aku juga pak!”
Saat Ranita dan Meilia makan Bakso di salah satu warung langganan mereka sejak SMA. Mereka bertemu dengan Almas secara tidak sengaja.
Meilia : “Ran, bukannya itu Almas yang dulu itu?!”
Ranita : “Iya, kita panggil saja dia!”
Meilia : “Almas!”
Almas : “Iya! Pak saya juga bakso satu ya?” (Almas memesan bakso juga)
Meilia : “Kamu masih ingat kita kan Almas?”
Almas : “Inget kok! Geng Lee kan?”
Ranita : “Iya betul!”
Meilia : “Sudah sepuluh tahun lamanya kita nggak ketemu. Gimana kamu, apa kabar?”
Almas : “Kabar baik! Bagaimana dengan kalian?”
Ranita : “Kita juga baik-baik aja?!”
Meilia : “Gimana? Sekarang kamu sudah kerja apa?”
Almas : “Alhamdulillah aku sudah kerja!”
Meilia : kamu ini ya? Masih tetep saja kaya dulu. Miskin kok ya songong!”
Almas : Sekarang aku sudah nggak miskin. Sekarang aku sudah punya usaha sendiri!”
Ranita : “Usaha apa?”
Almas : “Aku buka warung bakso!”
Meilia : “Oh, jadi tukang bakso?!”
Almas : “Iya. Tapi bakso aku sudah cabang kemana-mana!”
Ranita : “lantas? Untuk apa kamu makan bakso disini?!”
Almas : “sebagai pembanding saja. Ternyata bakso aku tetep yang paling enak!”
Meilia : “Sombong sekali kamu! Kamu masih ingat zahwa kan?”
Almas : “Masih lah! Zahwa Geng Lee itu kan? Kenapa dia?”
Meilia : “Dulu kamu pernah nunggak uang SPP selama satu tahun kan?”
Almas : “Iya, kalian tau dari mana?”
Meilia : “Zahwa yang selama ini mencari info tentang kamu. Dia khawatir melihta kamu nggak masuk sekolah beberapa hari”
Ranita : “Asal tau aja kamu, Al. Yang bayar uang 12 juta itu Zahwa. Dia merelakan I-Padnya terjual untuk melunasi tunggakan SPPmu”
Almas : “Apa?! Zahwa yang bayar SPP ku?!” (terkejut)
Meilia : “Iya Almas. Sebenarnya selama ini Zahwa menyimpan perasaan ke kamu. Maka dari itu dia sampai rela jual I-Padnya buat kamu yang sampai detik inipun kamu masih membenci Geng Lee!”
Almas : “Sungguh? Benar Zahwa yang membayar uang itu?!”
Ranita : “Iya Almas! Kamu tidak percaya?”
Meilia : “Begini saja, kan sekarang kamu sudah tahu, siapa sebenarnya Zahwa. Sekarang kamu mau biarkan dia pergi dan kamu lupakan atau kamu kejar dia dan bilang sesuatu untuk perbuatan baiknya selama ini?”
Almas : “Ya pasti aku akan cari Zahwa dan mengucapkan terima kasih. Berkat jasanya aku bisa seperti sekarang. Kalau boleh tau alamat zahwa dimana?”
Meilia : “Gang kelinci. RT 05 RW 03”
                Akhirnya Almas pergi dan berusaha mencari Zahwa dan mengucapkan terima kasih atas kebaikan Zahwa selama ini tidak disadari Almas.
Almas : “Assalamualaikum!”
Zahwa : “Waalaikummussalam”
Almas : “Ini benar rumahnya Zahwa?”
Zahwa : “Iya benar. Saya sendiri!”
Almas : “Zahwa, ini aku Almas. Teman sewaktu SMA”
Zahwa : “apa benar kamu kamu Almas?”
Almas : “Iya aku Almas. Aku datang kemari ingin mengucap banyak terima kasih atas kebaikan kamu Zahwa!”
Zahwa : “Terima kasih untuk apa?” (Tanya Zahwa membangkitkan masa lalu)
Almas : “Kamu rela menjual I-Padmu untuk melunasi uang SPPku yang dulu. Sekarang aku sudah sukses Zahwa. Sekarang aku sudah kaya seperti kamu dan Geng Lee. Jadi aku mengucapkan banyak terima kasih sama kamu. Kamu baik sekali
Zahwa : Iya, Almas. Aku ikhlas melakukan itu semua. Sama-sama J
                Akhirnya Almas melanjutkan hubungan dengan Zahwa entah dengan  status apa? Yang jelas. Zahwa bersama Geng Lee sudah berbaikan dengan Almas dan hidup mereka bahagia selamanya J













Unsur Instriksik
  • Tema : Kisah Cinta
  • Judul : Kisah Kasih dari Sekolah
  • Watak Tokoh :
  1. Zahwa             : Pribadi yang sombong namun mempunyai rasa sosial yang tinggi dan peduli terhadap sesama.
  2. Almas              : Pribadi yang baik, bijak dan sangat sopan dalam berbicara dan bersikap.
  3. Meilia              : Pribadi yang sombong. Sering egois, dan bicara seenaknya sendiri.
  4. Ranita              : Pribadi yang sombong dan suka pamrih
  5. Ganggas          : Bersahajah dengan usahanya J

  • Pesan Moral : Jangan mudah menggambil kesimpulan akan sikap seseorang dan jangan pernah merasa benar saat melihat seseorang berbuat salah. Karena kesalahan adalah hal yang wajar dan bisa dirubah menjadi kebaikan untuk sesamanya J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar